INIKAH
AKHIRNYA?
Kita lebih baik berteman!
Mengejutkan apakah ini jawaban dari semua setelah
segalanya dilalui bersama
Mengapa kau berkata demikian, Mel?
Karena ini jalan terbaik yang harus kita lakukan.
Aku gak mau Kamu tersakiti dengan banyaknya orang diluar sana yang
menjatukan-Mu. Aku gak tega, Kamu terlalu baik, Akupun tak pantas untukmu, Ki!
Ucap Mely dengan lesu.
Dimanapun, meski harus berlari keliling dunia gak aka
nada orang baik dikhianati, disakiti, keputusan terbaik berakhir dengan
kepedihan.
Meskipun Kita tetap dilanjutkan Ki…….
Sudahlah, tak perlu kau sanjung Bahasa itu Mel.
Aku bisa menebak dan Akupun tahu alasannya ada lelalki lain. Jujur saja Mel, tak
perlu Kau sembunyikan!
Ia Ki. Aku memang lagi dekat sama cowok lain. Tapi
hati Aku sakit ketika mendengar Kamu mendekati wanita lain. Jawab Mely dengan
tatapan kosong.
Sadarkah Kau Mel? Kau bilang sakit? Aku yang lebih
sakit bagaikan terkena serangan rasengan dari Naruto, yang membuat Aku tak
habis piker, Aku ini nkekasihmu tapi mengapa lebih memilih pria yang sedang
mendekati-Mu, dan mahluk halus apalagi yang menghasut Kamu untuk jauhin Aku?
Jika kamu marah, benci sama Aku silakan Ki, Aku terima.
Satu hal yang harus kamu tahu, “Aku Sayang Kamu, Zaki”. Seru Mely dengan
sedu-sedan.
Aku ga begitu bodoh Mel, mana ada orang saying tapi
meninggalkan, dan Kamu ternyata bermain drama. Ingat, pertama kali Aku mengatakan
cinta bagaimana riuhnya suasana dipagi itu. Akupun baru pertama kali melakukan
hal diluar batas kemampuan-Ku.
Aku, maafkan Aku, Ki….
Sudahlah, kerdil alasanmu itu! Buang jauh ucapanmu,
simpan air mata buaya-Mu itu! Jika memang menurutt-Mu itu baik dan bisa
membuat-Mu bahagia, Aku terima dengan lapang dada, dan terimakasih untuk
beberapa hari ini!
Zaki…….. mely memanggil
****
Tak pernah terduga jika akan berakhir seperti ini.
Apakah memang di dunia ini tidak ada yang namanya keadilan, cinta, kasih saying
ataupun kebahagiaan yang ada hanya kebencian dan rasa sakit. Menyesal tiada
berguna. Bangkitpun terasa susah, apa yang harus dilakukan?
Terdengar suara bel pulang sekolah, tak peduli,
tak akan menggubris. Meskipun berada dalam keramaian terasa sunyi. Seseorang
yang telah diyakini begitu berarti malah berlalu seenaknya.
Zak ngapain diam disini? Ayo pulang!
Nanti aja, Don!
Kenapa? Galau karena Mely?
Ia, Dia minta putus!
Ko bisa? Bukannya tadi pagi kalian baik-baik?
Memang, Mely memutuskan tadi siang jam 1 di depan
Perpustakaan, tengah hari disaat Matahari tersenyum lebar, rumus matematika
berbaur. Tutur Zaki dengan tanpa semangat.
Sudahlah, Kita pulang! Tidak baik berlarut seperti
ini.
Tapi Don, Mely itu begitu berarti. Sulit untuk
dilupakan. Bahkan, setiap detik bayangan wajahnya dating menghampiri.
Yasudah kalian bicarakan lagi nanti, mungkin nanti
hati Mely sadar mana yang baik.
Berjalan seperti ini membuat hati, jiwa, raga
bertambah goyah. Tengah hari tanpa ceria, hati diselimuti perasaan yang tidak
karuan, Mengapa selalu begini?
Berhenti Don! Lihat bukankah itu Mely dengan
Fatir. Sudahlah taka da gunanya, mungkin memang ini akhirnya.
THE END